Dukungan dari Wangsa Ptolemaios Perpustakaan Iskandariah

Pendirian

Patung kepala yang ditemukan selama penggalian di Villa dei Papiri. Patung kepala ini menggambarkan Ptolemaios II Filadelfos, yang diyakini sebagai pendiri Perpustakaan Iskandariah sebagai suatu lembaga, walaupun rancangan perpustakaannya mungkin dikembangkan oleh ayahnya, Ptolemaios I Soter.[2]

Perpustakaan Iskandariah adalah salah satu perpustakaan terbesar dan terpenting pada zaman kuno, tetapi seluk-beluk mengenai perpustakaan ini bercampur-baur dengan legenda.[15] Sumber keterangan pertama mengenai pendirian perpustakaan ini adalah Surat Aristeas yang ditulis sekitar tahun 180 hingga 145 SM.[20][21][13] Menurut naskah ini, Perpustakaan Iskandariah didirikan pada masa Ptolemaios I Soter (berkuasa sekitar tahun 323 hingga 283 SM), dan awalnya perpustakaan ini diurus oleh Demetrios dari Faleron, murid Aristoteles yang diasingkan dari Athena dan mengungsi di istana Wangsa Ptolemaios di Iskandariah.[21][13] Namun, Surat Aristeas ditulis bukan pada masa pendirian perpustakaan ini dan di dalamnya juga terkandung keterangan yang ternyata keliru.[21] Sumber-sumber lain mengklaim bahwa perpustakaan ini didirikan pada masa kekuasaan anak Ptolemaios I, Ptolemaios II Filadelfos (berkuasa 283–246 SM).[3]

Para ahli moden sepakat bahwa walaupun Ptolemaios I mungkin adalah orang yang menyiapkan rancangan pendirian perpustakaan ini, kemungkinan perpustakaannya sendiri baru benar-benar dibangun pada masa pemerintahan Ptolemaios II.[21] Pada masa tersebut, Demetrios dari Faleron sudah tidak lagi didukung oleh Wangsa Ptolemaios, sehingga kemungkinan ia sama sekali tidak bersumbangsih terhadap pendirian lembaga perpustakaan ini.[2] Namun, pakar sejarah klasik Stephen V. Tracy berpendapat bahwa kemungkinan besar Demetrios pernah membantu mengumpulkan paling tidak beberapa naskah yang kemudian akan menjadi bahagian dari koleksi perpustakaan ini.[2] Pada kisaran tahun 295 SM, Demetrios mungkin sudah memperoleh naskah yang berisikan tulisan Aristoteles dan Teofrastos, dan ia memang merupakan orang yang bisa melakukannya, karena ia adalah anggota mazhab Peripatos.[22]

Perpustakaan ini dibangun di dekat istana kerajaan di kawasan Brukeion (daerah Yunani di Iskandariah yang bersebelahan dengan pesisir). Perpustakaan ini merupakan bahagian dari lembaga yang lebih besar, yaitu Mouseion.[23] Mouseion sendiri, sesuai namanya, adalah sebuah kuil yang dipersembahkan untuk para Musai.[4] Tujuan utama pendirian perpustakaan ini adalah untuk mengumpulkan semua buku yang ditulis dalam bahasa Yunani dan buku karya suku bangsa lain yang diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani, menyunting karya-karya penyair dan dramawan Yunani Klasik dalam bentuk aslinya, serta mendirikan perpustakaan penelitian untuk para ahli dari segala bidang.[23] Namun, menurut sejarawan David C. Lindberg, tujuan utamanya adalah untuk menunjukkan kekayaan Mesir, sementara penelitian adalah tujuan keduanya.[20] Tata letak perpustakaan ini tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat sebuah kebun, tempat perjamuan, ruang membaca, balai ceramah, dan ruang pertemuan di gedung Mouseion.[24] Di sebuah balai, terdapat rak-rak untuk koleksi tatal papirus, dan rak-rak ini disebut bibliothekai (βιβλιοθῆκαι). Konon di atas rak tersebut terdapat inskripsi yang bertuliskan: "Tempat penyembuhan jiwa."[25]

Perluasan

Peta Iskandariah pada zaman kuno. Mouseion (di peta ini disebut "Museum") terletak di kawasan Broukeion ("Bruchium") di pusat kota di dekat pelabuhan besar ("Portus Magnus" di peta).

Para penguasa dari Wangsa Ptolemaios berupaya untuk meningkatkan koleksi perpustakaan melalui kebijakan pembelian buku yang agresif.[26] Mereka mengirim petugas-petugas kerajaan dengan anggaran yang besar untuk membeli dan mengumpulkan teks sebanyak yang mereka mampu, tanpa memandang subjek atau penulisnya.[26] Salinan naskah yang tua lebih dipilih daripada yang baru, karena naskah baru sudah melalui banyak proses penyalinan, sehingga naskah tua dirasa lebih menyerupai naskah aslinya.[26] Petugas-petugas kerajaan berkali-kali mengunjungi pameran buku di Rhodos dan Athena.[27] Menurut seorang penulis kedokteran Yunani yang bernama Galenos, berdasarkan maklumat Ptolemaios II, setiap buku yang ditemukan di kapal-kapal yang berlabuh akan dibawa ke perpustakaan ini untuk disalin oleh juru tulis resmi.[3][28][8][17] Naskah aslinya disimpan di perpustakaan dan salinannya diberikan kepada pemiliknya.[9][8][17] Perpustakaan ini mencurahkan perhatiannya pada upaya untuk memperoleh naskah puisi-puisi Homeros, yang merupakan landasan pendidikan Yunani dan yang paling dikagumi dari puisi-puisi lainnya.[29] Oleh karena itu, Perpustakaan Iskandariah memperoleh banyak naskah puisi Homeros; setiap salinannya diberi tanda untuk menunjukkan tempat asalnya.[29]

Selain mengumpulkan karya dari masa lalu, gedung Mouseion juga menjadi tempat berkumpulnya para cendekiawan, penyair, filsuf, dan peneliti. Menurut ahli geografi Yunani dari abad pertama SM, Strabo, mereka diberikan gaji yang besar, dan mereka juga mendapatkan makanan dan tempat tinggal gratis serta pengecualian dari pajak.[30][31] Mereka memiliki sebuah balai perjamuan yang besar dan berbentuk bundar dengan atap kubah yang tinggi.[31] Selain itu, sejumlah ruangan kelas disediakan bagi mereka untuk mengajar.[31] Ptolemaios II Filadelfos konon sangat tertarik dengan ilmu zoologi, sehingga muncul dugaan bahwa gedung Mouseion mungkin juga pernah memiliki kebun binatang untuk hewan-hewan langka.[31] Menurut pakar sejarah klasik Lionel Casson, tujuan pemberian tunjangan tersebut yakni agar para cendekiawan tidak perlu memikirkan beban kehidupan sehari-hari dan agar mereka dapat memusatkan perhatiannya pada penelitian.[26] Strabo menjuluki para cendekiawan yang tinggal di Mouseion dengan sebutan σύνοδος (synodoscode: grc is deprecated ), yang berarti "komunitas".[31] Setidaknya pada tahun 283 SM, jumlah mereka berkisar tiga puluh hingga lima puluh orang.[31]

Masa Zenodotos dan Apolonios

Perpustakaan Iskandariah tidak menjadikan mazhab filsafat tertentu sebagai mazhab resmi, sehingga para cendekiawan di lembaga ini memiliki kebebasan akademik.[9] Namun, mereka masih harus tunduk kepada raja.[9] Terdapat sebuah kisah yang diragukan kebenarannya mengenai seorang penyair bernama Sotades yang menulis sebuah epigram cabul yang mengolok-olok Ptolemaios II karena telah menikahi saudara perempuannya, Arsinoe II.[9] Ptolemaios II konon menjebloskannya ke penjara, dan setelah ia lolos, sang raja memerintahkan agar ia dimasukkan ke dalam sebuah guci timbal dan lalu dilempar ke laut.[9] Sebagai sebuah pusat keagamaan, Mouseion dipimpin oleh seorang imam Musai yang dikenal dengan sebutan epistates, dan imam ini diangkat oleh raja seperti para imam di kuil-kuil Mesir.[32] Perpustakaan ini sendiri dipimpin oleh seorang cendekiawan yang menjabat sebagai kepala perpustakaan sekaligus guru untuk anak lelaki raja.[31][33][34][35]

Kepala perpustakaan Iskandariah pertama yang tercatat dalam sejarah adalah Zenodotos dari Efesos (hidup sekitar tahun 325–270 SM).[34][35] Pencapaian terbesarnya adalah dalam menyusun naskah puisi-puisi Homeros dan penyair-penyair lira Yunani lainnya.[34][35] Keterangan-keterangan mengenai Zenodotos diperoleh dari ulasan-ulasan yang dibuat pada masa sesudahnya yang menyebutkan ulasan yang lebih ia sukai untuk bahagian-bahagian tertentu.[34] Zenodotos pernah menulis sebuah glosarium kata-kata yang jarang ditemui atau tidak lazim. Glosarium ini disusun secara alfabetik, sehingga ia adalah orang pertama yang diketahui menggunakan alfabet sebagai metode penyusunan.[35] Mengingat koleksi Perpustakaan Iskandariah tampaknya disusun berdasarkan huruf pertama nama penulisnya sedari awal, Casson menyimpulkan bahwa kemungkinan besar Zenodotos adalah orang yang memulai kebiasaan ini.[35] Namun, sistem yang diberlakukan oleh Zenodotos hanya menggunakan huruf pertama suatu kata,[35] dan baru pada abad ke-2 M orang mulai menggunakan metode yang sama untuk huruf-huruf lain yang tersisa dalam suatu kata.[35]

Sementara itu, seorang cendekiawan dan penyair yang bernama Kalimakos menyusun Pinakes, sebuah katalog yang terdiri dari 120 buku mengenai para penulis dan karya-karya mereka.[34][33][9] Pinakes sudah hilang ditelan zaman, tetapi penggalan-penggalannya dan penyebutan katalog ini dalam sumber-sumber lain memungkinkan para ahli untuk merekonstruksi struktur dasarnya.[36] Pinakes terbagi menjadi beberapa bahagian, masing-masing berisikan lema untuk penulis dari ragam sastra tertentu.[9][36] Pembahagian yang paling dasar dilakukan antara penulis puisi dan prosa, dan setiap bahagian terbagi menjadi beberapa subbahagian.[36] Di setiap bahagian, nama penulis disusun secara alfabetis.[37] Di setiap lema terdapat nama penulis, nama ayah, tempat lahir, dan keterangan biografi singkat lainnya, kadang-kadang juga mencakup julukan si penulis dan daftar lengkap karya penulis tersebut.[37] Lema untuk penulis-penulis tersohor seperti Aiskilos, Euripides, Sofokles, dan Teofrastos kemungkinan amatlah panjang.[37] Walaupun Kalimakos mengerjakan karyanya yang paling terkenal di Perpustakaan Iskandariah, ia tidak pernah menjabat sebagai kepala perpustakaan di lembaga tersebut.[33][9] Kalimakos sendiri memiliki beberapa murid dengan kiprahnya masing-masing, seperti Hermipos dari Smirna yang menulis biografi-biografi, Filostefanos dari Kirene yang mempelajari geografi, dan Istros (mungkin berasal dari Kirene juga) yang mempelajari barang antik Atika.[38]

[[Berkas:Archimedes-screw one-screw-threads with-ball 3D-view animated small.gif|jmpl|Menurut legenda, penemu asal Sirakusa yang bernama Archimedes pernah menciptakan sekrup Archimedes (pompa untuk mengangkut air) saat sedang belajar di Perpustakaan Iskandariah.[39]]]

Seiring berjalannya waktu, perpustakaan-perpustakaan kecil lain juga mulai bermunculan di Kota Iskandariah.[9] Setelah Zenodotos meninggal dunia atau pensiun, Ptolemaios II Filadelfos mengangkat Apolonios dari Rodos (hidup sekitar tahun 295–s. 215 SM, merupakan putra daerah Iskandariah dan murid Kalimakos) sebagai kepala perpustakaan kedua Iskandariah.[34][38][39] Filadelfos juga mengangkat Apolonios sebagai guru anaknya yang kelak akan berkuasa dengan nama Ptolemaios III Euergetes.[38] Apolonios dikenal sebagai penulis Argonautika, puisi wiracarita mengenai Iason dan para pahlawan Argonaut, dan puisi ini masih utuh hingga kini.[40][39] Argonautika menunjukkan pengetahuan Apolonios yang luas mengenai sejarah dan sastra, dan pada saat yang sama ia meniru gaya puisi-puisi Homeros.[40] Beberapa penggalan karya-karya ilmiahnya telah ditemukan, tetapi ia kini lebih dikenal sebagai seorang penyair daripada cendekiawan.[34]

Menurut legenda, pada masa kepemimpinan Apolonios, matematikawan dan penemu asal Sirakusa, Archimedes (hidup sekitar tahun 287–212 SM), datang berkunjung ke Perpustakaan Iskandariah.[39] Konon Archimedes menciptakan sekrup Archimedes setelah mengamati naik dan turunnya permukaan Sungai Nil; alat baru ini dapat digunakan untuk mengangkut air dari bawah ke parit irigasi di atas.[39] Archimedes kemudian kembali ke Sirakusa dan terus berkiprah sebagai penemu di sana.[39]

Menurut dua karya biografi yang dibuat pada masa belakangan dan tidak dapat diandalkan, Apolonios dipaksa mundur dari jabatannya sebagai kepala perpustakaan dan pindah ke Pulau Rodos akibat amarah warga Iskandariah terhadap naskah Argonautika yang pertama.[41] Kemungkinan besar Apolonios mundur akibat kenaikan takhta Ptolemaios III Euergetes pada tahun 246 SM.[40]

Masa Erastotenes

Gambar yang menunjukkan benua Afrika di bola dunia. Sinar matahari mencapai permukaan di Siene (kini Aswan) dan Iskandariah. Sudut sinar matahari dan gnomon (tiang vertikal) ditunjukkan di Iskandariah, dan dengan ini Erastotenes dapat memperkirakan jari-jari dan keliling Bumi.

Kepala perpustakaan yang ketiga, yaitu Erastotenes dari Kirene (hidup sekitar tahun 280–194 SM), dikenal akan karya-karya ilmiahnya, tetapi ia juga merupakan seorang ahli kesusastraan.[33][42][39] Karya Erastotenes yang paling penting adalah risalahnya yang berjudul Geographika, yang awalnya terdiri dari tiga buku.[43] Karya ini sudah hilang ditelan zaman, tetapi banyak penggalan isinya yang telah ditemukan dalam tulisan-tulisan Strabo.[43] Erastotenes adalah cendekiawan pertama yang menerapkan matematika dalam bidang geografi dan pembuatan peta.[44] Dalam risalahnya yang berjudul Mengenai Pengukuran Bumi, ia menghitung keliling Bumi dan hasilnya hanya meleset sedikit dari hasil perhitungan moden.[44][39][45] Erastotenes juga membuat peta wilayah dunia yang telah diketahui keberadaannya saat itu. Peta ini menggabungkan informasi dari sumber-sumber yang disimpan di Perpustakaan Iskandariah, termasuk catatan sejarah mengenai ekspedisi militer Aleksander Agung di India dan laporan yang ditulis oleh ekspedisi pemburu gajah dari Kerajaan Ptolemaik di pesisir Afrika Timur.[45]

Erastotenes adalah orang pertama yang menjadikan geografi sebagai bidang keilmuan.[46] Erastotenes berkeyakinan bahwa latar puisi-puisi Homeros itu imajinasi belaka dan ia berpendapat bahwa tujuan dari puisi adalah untuk "menawan jiwa" dan bukan untuk menceritakan kisah nyata dalam sejarah.[43] Sementara itu, cendekiawan lain di Perpustakaan Iskandariah juga menunjukkan ketertarikan mereka terhadap bidang ilmiah.[47][48] Bakios dari Tanagra (hidup sezaman dengan Erastotenes) menyunting dan mengomentari tulisan-tulisan kedokteran dalam Corpus Hippocraticum.[47] Dokter Herofilos (hidup sekitar tahun 335–280 SM) dan Erasistratos (sekitar tahun 304–250 SM) mempelajari anatomi manusia, tetapi penelitian mereka terhalang oleh penolakan terhadap pembedahan mayat (yang dianggap sebagai tindakan tidak bermoral).[49]

Menurut Galenos, pada masa itu, Ptolemaios III meminta izin dari Athena untuk meminjam naskah asli karya Aeskilos, Sofokles, dan Euripides. Sebagai gantinya, Athena meminta lima belas talenta (450 kg) logam berharga sebagai jaminan bahwa naskah-naskah tersebut akan dikembalikan.[31][5][50] Ptolemaios III memerintahkan agar papirus dengan mutu tertinggi digunakan untuk membuat salinannya. Ia menyimpan naskah aslinya di Perpustakaan Iskandariah dan memberikan salinannya kepada Athena dengan pemberitahuan bahwa mereka boleh menyimpan logam yang telah dibayarkan sebagai jaminan.[31][5][50] Kisah ini bisa juga ditafsirkan secara keliru sebagai upaya untuk menunjukkan kekuatan Iskandariah di atas Athena. Iskandariah sendiri pada saat itu merupakan pelabuhan buatan manusia yang terletak di antara dataran utama Mesir dengan pulau yang menjadi tempat berdirinya Mercusuar Iskandariah. Pelabuhan ini didatangi kapal-kapal dagang dari berbagai penjuru dan menjadi pusat perdagangan. Kota ini juga menjadi produsen utama papirus dan kemudian juga buku.[51] Seiring dengan membesarnya Perpustakaan Iskandariah, sudah tidak ada lagi tempat untuk menyimpan tatal. Oleh karena itu, pada masa Ptolemaios III Euergetes, dibuka sebuah koleksi lain di Serapeion, yaitu sebuah kuil yang dipersembahkan untuk dewa Serapis di dekat istana kerajaan.[9][26][8]

Masa Aristofanes hingga Aristarkos

Reruntuhan Serapeion pada zaman moden. Perpustakaan Iskandariah memindahkan sebahagian koleksinya ke tempat ini karena gedung utama mereka sudah penuh.

Aristofanes dari Bizantion (hidup sekitar tahun 257–180 SM) menjadi kepala perpustakaan keempat sekitar tahun 200 SM.[52] Menurut legenda yang dicatat oleh penulis Romawi Vitruvius, Aristofanes adalah salah satu dari tujuh juri yang diangkat untuk lomba menulis puisi yang digelar oleh Ptolemaios III Euergetes.[52][53] Enam juri lainnya mendukung salah satu peserta, tetapi Aristofanes memilih satu orang yang paling tidak disukai oleh penonton.[52][54] Aristofanes menyatakan bahwa semua peserta (kecuali satu peserta yang ia pilih) telah melakukan kecurangan dan mereka pun dikeluarkan dari lomba.[52][54] Sang raja menuntut bukti, dan Aristofanes kemudian mengambil naskah-naskah yang telah disalin oleh para penyair curang ini dari Perpustakaan Iskandariah. Aristofanes menemukannya dengan mengandalkan ingatannya.[52][54] Berkat ketekunan dan kemampuannya dalam mengingat, ia diangkat sebagai kepala perpustakaan oleh Ptolemaios III.[54]

Masa kepemimpinan Aristofanes dianggap telah membuka lembaran baru dalam sejarah Perpustakaan Iskandariah.[34][55][49] Pada masa ini, kritik sastra mencapai puncak kejayaannya[34][55] dan menjadi subjek yang mendominasi karya-karya yang dihasilkan oleh perpustakaan ini.[56] Aristofanes dari Bizantion menyunting naskah-naskah puisi dan memperkenalkan konsep pembahagian puisi menjadi baris-baris yang terpisah, sementara sebelumnya puisi ditulis seperti prosa.[57] Ia juga memperkenalkan sistem diakritik Yunani,[58][49] menulis karya-karya penting mengenai leksikografi,[34] dan memperkenalkan tanda-tanda yang digunakan untuk menulis kritik tekstual.[59] Ia menulis pembukaan untuk banyak drama, dan sebahagian masih ada dalam bentuk yang sudah ditulis ulang sebahagian.[34]

Kepala Perpustakaan Iskandariah yang kelima adalah seseorang yang tak dikenal yang bernama "Apolonios" dengan gelar Yunani: ὁ εἰδογράφοςcode: grc is deprecated ("penggolong bentuk").[34][60] Menurut salah satu sumber leksikografi dari zaman sesudahnya, gelar ini mengacu kepada penggolongan puisi berdasarkan bentuk musiknya.[60] Pada awal abad kedua SM, beberapa cendekiawan di Perpustakaan Iskandariah mempelajari karya-karya mengenai kedokteran.[47] Zeuxis sang Empirisis dikenal akan ulasan-ulasannya tentang Corpus Hippocraticum[47] dan ia secara aktif berupaya memperoleh tulisan-tulisan kedokteran untuk melengkapi koleksi perpustakaan ini.[47] Seorang cendekiawan yang bernama Ptolemaios Epitetes menulis sebuah risalah mengenai luka-luka dalam puisi-puisi Homeros, dan subjek ini melampaui batas antara filologi tradisional dengan kedokteran.[47] Namun, pada masa ini kekuasaan Wangsa Ptolemaios juga mulai mengalami kemunduran.[61] Seusai Pertempuran Raphia pada tahun 217 SM, keadaan menjadi semakin kacau.[61] Pergolakan sering terjadi di Mesir, dan pada paruh pertama abad kedua SM, hubungan dengan wilayah Mesir Hulu sangat terganggu.[61] Para penguasa Wangsa Ptolemaios juga mulai menekankan kemesiran mereka alih-alih keyunaniannya.[61] Akibatnya, banyak cendekiawan Yunani yang mulai meninggalkan Iskandariah dan mendatangi negara yang lebih aman dengan pendukung yang juga lebih murah hati.[34][61]

Aristarkos dari Samotrakia (hidup sekitar tahun 216–145 SM) adalah kepala perpustakaan keenam.[34] Ia tidak hanya membuat naskah puisi-puisi klasik dan karya-karya prosa, tetapi juga menulis hipomnemata (ulasan) lengkap mengenai naskah-naskah tersebut.[34] Ulasan-ulasan ini biasanya mengutip dari naskah klasik, menjelaskan maknanya, mendefinisikan kata yang tidak lazim, dan mencoba menjawab apakah kata-kata di bahagian tersebut benar-benar kata yang dipakai oleh penulis aslinya atau merupakan kata yang ditambah-tambahkan oleh juru tulis.[62] Ia banyak bersumbangsih dalam berbagai bidang ilmu, tetapi sumbangsihnya yang terbesar adalah dalam kajian puisi-puisi Homeros,[34] dan pendapat-pendapatnya sering dikutip oleh penulis kuno.[34] Salah satu bahagian dari ulasan Aristarkos mengenai Historia karya Herodotos masih bertahan hingga zaman moden dalam sebuah penggalan di papirus.[34][62] Namun, pada tahun 145 SM, Aristarkos terlibat dalam perselisihan politik di Mesir. Ia mendukung Ptolemaios VII Neos Filopator sebagai penguasa Mesir.[63] Ptolemaios VII dibunuh dan digantikan oleh Ptolemaios VIII Fiskon, yang kemudian langsung ingin menghukum semua pendukung pendahulunya. Akibatnya, Aristarkos terpaksa melarikan diri dari Mesir dan mengungsi ke Pulau Siprus, dan di tempat tersebut ia menjemput ajalnya tak lama sesudahnya.[63][34] Ptolemaios VIII mengusir semua cendekiawan asing dari Iskandariah, sehingga mereka pun pindah ke berbagai wilayah di kawasan Mediterania Timur.[34][61]

Rujukan

WikiPedia: Perpustakaan Iskandariah https://books.google.be/books?id=LTwVAAAAQAAJ&prin... https://books.google.be/books?id=RVqIDwAAQBAJ&prin... https://www.open.edu/openlearn/ocw/pluginfile.php/... https://books.google.com/books?id=TT8BAwAAQBAJ&pri... https://books.google.com/?id=RVvdDgAAQBAJ&pg=PT57&... https://books.google.com/?id=T6t44B0-a98C&pg=PA59&... https://books.google.com/?id=ECBkVPQkNSsC&printsec... https://books.google.com/books?id=Gz2wCQAAQBAJ&pg=... https://books.google.com/?id=6GESDAAAQBAJ&pg=PA5&d... https://books.google.com/?id=7EloAAAAMAAJ&q=